Tuesday, August 18, 2009

Puasa bagi Penderita Gagal Ginjal karena Diabetes Melitus

Diabetes Mellitus
Penyakit kencing manis atau DM termasuk penyakit kronis yang disebabkan oleh kekurangan produksi insulin (kuantitas/kualitas) baik oleh keturunan dan/atau didapat. Disebut kuantitas jika jumlah insulinnya yang berkurang, sedangkan kualitas jika insulinnya cukup atau berlebih tetapi tidak efektif. Hasil kekurangan itu bisa meningkatkan konsentrasi glukosa dalam darah secara berlebihan sehingga bisa mengakibatkan kerusakan sel-sel dalam tubuh manusia, terutama pada pembuluh darah dan saraf.
Dua bentuk besar penyakit kencing manis yaitu sebagai berikut.
1 . Diabetes tipe 1 yang dikenal sebagai Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) atau DMTI (Diabetes Melitus Tergantung Insulin)
2. Diabetes tipe 2 yang dikenal sebagai Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau DMTTI (Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin).
Tipe DM yang lain misalnya Gestational Diabetes atau DM yang terjadi pada kehamilan dan DM yang disebabkan oleh rusaknya pankreas akibat kurang gizi atau Malnutrition Related DM (MRDM) yang di Indonesiakan sebagai Diabetes Melitus Terkait Malnutrisi (DMTM).
Gejala
Gejala penyakit kencing manis bisa berat, ringan, atau tidak bergejala sama sekali. Pada DM tipe 1 gejala klasiknya adalah sering kencing (poliuria), rasa haus (polidipsi), menjadi kurus dan sering kelelahan (capek). Keluhan-keluhan itu bisa tidak begitu nyata pada DM tipe 2.
Kadangkala pada DM tipe 2, pasien datang berobat jika sudah terjadi komplikasi pada mata (katarak), keputihan, gagal ginjal, dan lain-lain. Pada keadaan itu perjalanan penyakitnya sudah cukup jauh. Oleh sebab itu, PENTING UNTUK SELALU MELAKUKAN CHECK UP, TERUTAMA MEREKA YANG DALAM KELUARGA ADA YANG MENDERITA KENCING MANIS.
Keluhan lain yang juga bisa disebabkan oleh hal lain selain DM adalah sering kesemutan pada jari tangan dan kaki serta gairah seks menurun.
Diagnosis
Penyakit itu mudah diketahui dengan memeriksa kadar glukosa darah. Diagnosis diabetes mellitus dipastikan bila:
1. Kadar gula darah sewaktu adalah 200 mg/dl atau lebih ditambah gejala khas diabetes
2. Glukosa darah puasa 126 mg/dl atau lebih pada 2 kali pemeriksaan pada saat berbeda
Bagaimana Mengobati Diabetes Melitus?
Adakalanya pada mereka yang mempunyai kadar gula darah tinggi, setelah melakukan perencanaan makanan (diet) dan peningkatan kegiatan jasmani, kadar gulanya menjadi normal dan terkontrol kembali. Memang benar demikian pengendalian awal penyakit kencing manis. Pasien tidak perlu buru-buru minum obat penurun gula darah jika dengan penurunan berat badan, pengendalian makanan maupun peningkatan kegiatan jasmani bisa menormalkan gula darahnya. Tentu hal itu perlu dibantu oleh ahlinya, seperti ahli gizi maupun pelatih kegiatan jasmani. Namun, sebagai patokan dasar, bisa disebutkan sebagai berikut.
1. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein, dan lemak sesuai kecukupan gizi baik sebagai berikut: karbohidrat 60-70 persen, protein 10-15 persen, dan lemak 20-25 persen.
2. Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama minimal 30 menit.
Obat-obatan
1. Golongan Sulfonilurea, Obat itu bekerja dengan cara merangsang sel beta pankreas agar bisa memproduksi insulin lebih giat lagi. Umumnya menjadi pilihan utama bagi penyandang DM dengan berat badan yang normal.
2. Golongan Metformin/biguanid, Bekerja dengan mengurangi glukosa hati dan memperbaiki ambilan glukosa perifer. Itu digunakan terutama pada pasien-pasien yang kelebihan berat badan.
3. Golongan Inhibitor glukosidase alfa, Aksinya adalah menghambat penyerapan glukosa usus, dan digunakan bagi mereka yang kadar glukosa puasanya masih normal.
4. Golongan Insulin sensitizer, Cara kerja obat itu adalah meningkatkan sensitivitas sehingga bisa meningkatkan ambilan glukosa sel dan produksi glukosa di hati.
5. Insulin, sampai saat ini insulin masih dalam bentuk suntikan meskipun ada bentuk insulin hirup yang berada dalam fase penelitian.
Penyandang DM dan Puasa
Pertanyaan yang hangat saat ini dalam bulan Ramadhan yaitu bolehkah penderita DM itu berpuasa?
Dalam keadaan puasa (tidak ada asupan kalori), untuk mempertahankan kadar glukosa darah terjadi pemecahan cadangan glukosa (glikogen) di hati.
Glikogen hati itu dapat menjadi sumber glukosa darah untuk kebutuhan otak selama 12-16 jam. Dengan demikian, puasa Ramadhan yang hanya sekitar 12 jam tersebut tidaklah terlalu mengganggu kesehatan pada orang sehat dan pada pasien DM yang kadar glukosa darahnya terkontrol (Gambar 1. Pengaturan sumber energi dalam keadaan makan dan puasa pada manusia)
Dari penelitian-penelitian yang dilakukan mengenai efek puasa pada penderita DM, dapat disimpulkan bahwa berpuasa Ramadhan cukup aman bagi pasien DM dengan kadar glukosa darah cukup terkendali dan mengikuti petunjuk berpuasa. Yang dimaksud dengan kadar gula darah terkontrol adalah kadar gula darah puasa < 110 mg% dengan kadar glukosa dua jam setelah makan adalah < 160 mg%.
Untuk memudahkan dalam memilah-milah pasien DM yang akan mengikuti ibadah puasa, berdasarkan informasi dr Imam Subekti, beberapa waktu lalu, pasien-pasien DM dikelompokkan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut.
1. Digolongkan dalam kelompok satu adalah mereka yang kadar glukosa darahnya terkontrol dengan perencanaan makanan dan olahraga saja. Dalam kelompok itu tidak bermasalah untuk melakukan puasa di bulan Ramadhan.
2. Masuk dalam kelompok II adalah pasien-pasien DM yang untuk mengontrol gula darah, selain diet dan berolahraga, juga memerlukan obat penurun gula darah dengan dosis tunggal dan kecil. Kelompok itu dapat dibagi atas dua bagian, yaitu sebagai berikut:
· membutuhkan dosis tunggal dan kecil atau
· membutuhkan dosis yang lebih tinggi dan terbagi.
Bagi mereka yang termasuk golongan II, pasien dapat melakukan ibadah puasa dengan melakukan perubahan dalam perencanaan makanan, aktivitas fisik dan pengobatan. Dalam hal itu tentu pemilihan obat yang hanya sekali sehari sangat dianjurkan. Konsultasikan dengan dokter Anda mengenai hal tersebut.
3. Masuk dalam kelompok III adalah mereka yang membutuhkan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darahnya. Tidak disarankan pasien kelompok III untuk melakukan puasa.
4. Kelompok ini adalah mereka yang penyakitnya sudah berkomplikasi berat seperti gagal ginjal dan gagal jantung. Sama seperti kelompok III, tidak disarankan untuk melakukan puasa, sebab berpuasa dapat memperberat komplikasi yang sudah terjadi.
Source : drhandri.com

1 comment:

  1. Termakasih Informasinya
    Saya juga mau berbagi informasi kesehatan juga, jika berkenan silahkan kunjungi website kami juga tentang Obat Gagal Ginjal

    ReplyDelete