Wednesday, December 14, 2016

Alat Cimino Cuci Darah

Apa itu Cimino?
Cimino-Breschia fistula (CIMINO) adalah penghubung pembuluh darah  buatan antara arteri dengan vena.
Daerah yang dipilih biasanya pembuluh darah di lengan bawah. Dengan cimino, anda hanya perlu menggunakan satu akses setiap kali melakukan hemodialisa hanya saja anda perlu menunggu 2-6 minggu hingga luka operasi sembuh dan cimino bisa digunakan. Cimino ini bisa bertahan selama 3 tahun untuk kemudian harus dicari pembuluh darah yang lain. Setelah akses didapatkan, maka proses hemodialisa akan dilakukan.

Cara Merawat Cimino?
  1. Jaga kebersihan pada daerah akses
  2. Perhatikan adanya suara dengung khas di akses cimino Anda. Adanya perubahan suara dapat menandakan terdapat sumbatan yang mengganggu aliran darah di akses cimino.
  3. Hindari tekanan pada akses cimino saat tidur
  4. Latihlah akses cimino anda dengan menggunakan bola karet agar aliran darah bertambah kuat.
  5. Jangan melakukan pemeriksaan tekanan darah pada tangan dimana akses cimino berada.
  6. Jangan membebani tangan dimana terdapat akses cimino untuk mengangkat benda yang terlalu berat.
  7. Bicaralah dengan tim medis anda apabila cimino terasa hangat, berwarna kemerahan, bernanah atau Anda merasakan demam.

Kista Ginjal?

Pengertian Kista Ginjal
Kista ginjal adalah kantong, biasanya berbentuk bulat atau oval, berisi cairan yang terbentuk di dalam ginjal. Kondisi ini biasanya terjadi pada orang yang berusia lanjut. Kondisi ini mungkin terkait dengan kelainan serius yang bisa mengganggu fungsi ginjal di dalam tubuh.
Sebagian besar kasus kista ginjal bersifat jinak atau tidak menyebabkan kanker dan jarang sekali terjadi komplikasi akibat kondisi ini. Kista ginjal jenis ini dikenal dengan istilah kista ginjal sederhana.
Kista ginjal sederhana biasanya tidak memunculkan tanda atau gejala, dan tidak memerlukan pengobatan. Oleh karena itu, kista ginjal sederhana umumnya terdeteksi saat dilakukan tes pencitraan untuk kondisi medis lainnya. Pada umumnya hanya ada satu kista yang muncul di dalam ginjal. Penyebab kista ginjal sederhana hingga kini masih belum bisa dipastikan.
Selain kista ginjal sederhana, terdapat juga penyakit ginjal polikistik. Ini adalah kondisi adanya beberapa kista yang muncul di ginjal. Kista jenis ini juga tidak menimbulkan kanker atau bersifat jinak. Penyakit ginjal polikistik biasanya merupakan penyakit keturunan.

Gejala Kista Ginjal

Kista ginjal sederhana biasanya tidak menimbulkan tanda atau gejala tertentu. Gejala akan muncul ketika kista tumbuh cukup besar, yaitu:
  • Terjadinya infeksi yang menimbulkan demam, menggigil, atau gejala infeksi lainnya.
  • Rasa sakit atau nyeri yang muncul pada punggung, bagian samping (antara tulang rusuk dan pinggul), atau perut bagian atas jika kista mengalami pembengkakan dan menekan organ lainnya.
  • Sering buang air kecil.
  • Darah dalam urine atau urine berwarna gelap.
  • Fungsi ginjal yang menurun, meski ini jarang sekali terjadi.
Berikut ini adalah gejala yang terjadi pada penyakit ginjal polikistik.
  • Sakit pada salah satu atau kedua ginjal karena terjadinya pembengkakan.
  • Terdeteksinya protein dalam urine.
  • Darah dalam urine, kondisi ini bisa muncul dan menghilang karena salah satu atau beberapa kista mengalami pendarahan.
  • Batu ginjal yang bisa menimbulkan rasa sakit parah saat terdapat batu menghalangi ureter (saluran yang menghubungkan ginjal dan kandung kemih). Jika batu berukuran kecil maka tidak akan menimbulkan gejala sama sekali.
  • Infeksi ginjal yang muncul kembali.
  • Muncul rasa sakit dan/atau pembengkakan pada bagian perut.
Jika Anda mengalami gejala-gejala di atas yang mungkin terkait dengan kista ginjal, Anda disarankan segera menemui dokter.

Penyebab Kista Ginjal

Penyebab kista ginjal sederhana masih belum dipahami sepenuhnya. Ketika dinding lapisan ginjal mulai melemah dan terbentuk kantong, kantong tersebut akan terisi cairan hingga terlepas dan menjadi kista. Ini adalah salah satu teori yang diduga menjelaskan munculnya kista ginjal.
Penyakit ginjal polikistik sendiri merupakan penyakit keturunan. Penyebabnya terdapat satu atau beberapa gen yang cacat di dalam tubuh, sehingga memunculkan kista di dalam ginjal.
Terdapat faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami kista ginjal. Faktor usia dan jenis kelamin termasuk diantaranya. Orang yang berusia di atas 50 tahun mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kista ginjal sederhana.

Diagnosis Kista Ginjal

Berikut ini adalah tes yang dilakukan untuk membantu mendiagnosis kista ginjal:
  • Tes PencitraanDiagnosis terhadap kista ginjal biasanya terjadi secara kebetulan melalui tes pencitraan untuk memeriksa kondisi medis lainnya karena biasanya kista ginjal tidak memunculkan tanda atau gejala apa pun. Tes pencitraan yang bisa mendeteksi adanya kista ginjal adalah ultrasound, CT scan, dan MRI. Dengan tes pencitraan, dokter bisa menentukan apakah ada kista atau tumor pada ginjal.
  • Tes DarahSampel darah akan diambil untuk dilakukan pengujian di laboratorium guna mengetahui apakah kista ginjal yang muncul memengaruhi fungsi ginjal secara umum.
  • Tes UrineSampel urine akan diambil untuk dilakukan pengujian, apakah terdapat kandungan darah atau protein di dalam urine.

Pengobatan Kista Ginjal

Kista ginjal mungkin tidak memerlukan penanganan khusus apabila kondisi ini tidak menyebabkan gejala atau tanda-tanda terganggunya fungsi ginjal di dalam tubuh. Terkadang, kista ginjal sederhana bisa menghilang dengan sendirinya tanpa pengobatan.
Dokter akan menyarankan Anda melakukan tes pencitraan secara rutin, hal ini dilakukan untuk memantau apakah terjadi pembengkakan dari kista yang ada. Dan ketika muncul tanda-tanda dan gejala akibat kista ginjal, sebaiknya Anda segera menjalani pengobatan. Berikut ini penanganan yang mungkin dilakukan untuk menangani kista ginjal.
  • Prosedur operasi pengangkatan kista. Cairan yang ada di dalam kista akan dikeringkan, lalu dinding ginjal yang terdapat kista akan dipotong atau dibakar.
  • Prosedur pengeringan dan pengisian kista. Cairan yang ada di dalam kista akan dikeringkan oleh dokter dengan cara memasukkan jarum kecil yang panjang ke dalam kista. Jarum dimasukkan dari kulit, hingga menembus ginjal dan akhirnya kista. Setelah cairan pada kista dikeluarkan, untuk mencegah kista tidak terbentuk kembali, dokter mungkin akan mengisi kista dengan larutan alkohol. Prosedur ini jarang sekali dilakukan karena kista tetap bisa kembali muncul.
Jika Anda mengalami kista ginjal, disarankan untuk menghindari olahraga yang melibatkan kontak fisik. Ginjal yang bengkak rentan mengalami cedera, meski dalam kondisi normal hal ini jarang sekali terjadi. Anda juga disarankan melakukan tes pencitraan, tes tekanan darah, dan tes darah secara rutin untuk memonitor fungsi ginjal.
Konsultasikan kepada dokter sebelum Anda mengonsumsi obat bebas maupun obat resep tentang kondisi ginjal Anda. Terutama, Anda sebaiknya menghindari obat-obatan pereda sakit dan antiinflamasi, seperti ibuprofen, indometacin, dan beberapa jenis obat-obatan lain karena bisa memperparah fungsi ginjal.

Komplikasi Kista Ginjal

Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang mungkin muncul akibat kista ginjal, yaitu:
  • Kista meletus. Jika kista ginjal meletus, kondisi ini bisa menyebabkan rasa sakit yang cukup parah pada bagian punggung atau bagian samping, yaitu antara tulang rusuk dan panggul.
  • Kista terinfeksi. Jika kista ginjal mengalami infeksi, Anda bisa mengalami rasa sakit dan demam.
  • Gangguan buang air kecil. Jika Anda mengalami sumbatan yang disebabkan oleh kista ginjal, kesulitan buang air kecil bisa terjadi dan dapat menyebabkan pembengkakan pada ginjal.
  • Gagal ginjal. Ginjal berfungsi membersihkan material sampah dari tubuh dan menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia di dalam tubuh. Ketika mengalami gagal ginjal, berarti fungsi ginjal Anda sudah rusak. Penyakit ginjal polikistik bisa menyebabkan kondisi ini.
  • Hipertensi. Penyakit ginjal polikistik bisa meningkatkan risiko Anda mengalami tekanan darah tinggi atau hipertensi karena ginjal memiliki peranan penting dalam mengendalikan tekanan darah. Jika Anda mengalami hipertensi, maka risiko terjadinya serangan jantung dan stroke juga meningkat.
sumber : http://www.alodokter.com/kista-ginjal

KETOACID SELAMATKAN PASIEN CKD (Chronic Kidney Disease)

Protein berpengaruh penting pada perjalanan penyakit ginjal kronik.Asupan yang tinggi mempercepat penderita menjalani terapi pengganti ginjal, untuk memperlambat pemburukan fungsi ginjal sekaligus menunda dialisa.

Menurut Prof. Joel D. Kopple, dari Harbor-ULCA Medical center,california, Amerika srikat, rendah protein dan asupan energy merupakan penyebab PEW “banyak manfaat diet redah protein antara lain menurunkan regenerasi produk metabolik protein dan asam amino, seperti nitrogen, yang bersifat toksik bagi ginjal” kata prof. Joell pada international ketoanalogue symposium ke 9, di hotel Grand Hyatt jakarta, 21-22 juni 2013. Menurut berbagai penelitian, dengan diet rendah protein terrapi pengganti, ginjal dapat di tunda.

Ada 3 meta annalisa menggunakan onset end stage renal disease (ESRD) sebagai Outcome utama. Semua melaporkan penurunan signifikan risiko relatif untuk terjadinya ESRD, pada pasien CKD yang menjalani diet rendah protein. Meta analisa lain yang menggunakan kecepatan penurunan GFR sebagai outcome kunci menunjukan, diet rendah protein dapat memperlambat progresi CKD.

Dari hasil analisa ulang terhadap penelitian Modification of diet in renal Disease Study terlihat, pasien yang diberi diet 0,58 gram protein/kg berat badan/hari dengan asupan posfor yang lebih rendah, mengalami fungsi ginjal yang lebih lamban setelah 4 bulan pertama, dibandingkan mereka yang diet 1,3gram protein/kg berat badan/hari.

Kekhawatiran dalam melakukan diet rendah protein pada pasien CKD adalah PROTEIN-ENERGY WASTING, yang dapat meningkatkan risiko moralitas. Hal ini terutama pada diet sangat rendah protein (0,3/0,4-0,6 gram protein/kg berat badan/hari). “kombinasi diet( sangat ) rendah protein ditambah suplementasi terrapi ketoacid, dianggap pendekatan terapeutik yang benar dan aman untuk pasien CKD,”kata dr. Wang.

Pnelitian oleh Dr.LH Suratkal dari india memperlihatkan, diet rendah protein ditambah ketoacid lebih baik dari diet rendah protein saja dalam menghambat progresi CKD menjadi ESRD

Efek Ketoacid dan diet rendah protein dalam memperbaiki asidosis metabolik dan menurunkan kadar urea pada pasien CKD, memperbaiki resistensi insulin. Pemberian ketoacid dan diet rendah protein juga daapat memperbaiki mediator inflamasi dan parameter stress oksidatif, serta memperbaiki resistensi insullin.

DENGAN begitu, pemberian ketoacid yang disertai diet rendah protein memiliki manfaat yang besar pada pasien dengan penyakit ginjal kronik.

Sumber : Ethical Digest. and www.ikcc.or.id

Kehamilan dan Pasien Ginjal Kronik

Dahulu ada pendapat bahwa perempuan penderita penyakit ginjal sebaiknya menghindari kehamilan. Bayi dipercaya akan kurang baik dan penderita penyakit ginjal di sarankan melakukan terminasi kehamilan.


Setelah 1975, banyak publikasi studistudi mengenai kehamilan dengan penyakit ginjal yang dikonfirmasi dengan biopsis ginjal, penyakit ginjal juga dapat mempengaruhi kehamilan,kehamilan juga dapat mempengaruhi perkembangan penyakit ginjal, dan kehamilan sendiri dapat menyebabkan ganguan ginjal.

FUNGSI GINJAL DALAM KEHAMILAN
Dalam Kehamilan, kadar kreatinin diatas 75 umol/L danurea di ats 4,5 mmol/L Merupakan indikasi untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Infeksi Saluran Kemih
Bakteririurea asimtomatik ditemukan pada 2% wanita seksual aktif, dan lebih umum (mencapai 7%) selama kehamilan. Bakteriurea asimtomatik dan infeksi saluran kemih (UTI) pada kehamilan harus di obati dengan antibiotik.

Kehamilan pada Pasien Gagal Ginjal
Wanita hamil dengan penyakit ginjal harus ditawari konseling pra-kehamilan dan penilian oleh tim multidisiplin (yang mencakup dokter kandungan,dokter ginjal/obsteri dan bidan Spesialis) kehamilan sangat jarang pada wanita dengan stadium akhir gagal ginjal pada tahap dialisis, untuk berbagai alasan pada wanita hamil dengan penyakit ginjal, target tekanan darah harus di bawah 140/90mm HG.

Kehamilan Dipengaruhi Penyakit Ginjal.
Perempuan diduga memiliki penyakit ginjal pada kehamilan harus dirujuk ke nephrologist. Kehamilan itu sendiri dapat menyebabkan gagal ginjal akut dan penyakit ginjal dapat terjadi pada kehamilan, Hal-hal yang berhubung dengan dengan penyakit ginjal tertentu dalam kehamilan, Refluks nefropati, Transplantasi ginjal penerima, peningkatan risiko keguguran pada trimester pertama, peningkatan risiko hipertensi serta prematur

Manajemen Gagal Ginjal pada Kehamilan.
Dialisis dan transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan pada wanita hamil dengan gagal ginjal. Dialisis dini sangat diperlukan pada wanita hamil dengan gagal ginjal dan harus dipertimbangkan ketika kreatinin serum mencapai 3,5mg/DL atau filtrasi glomerular(GFR)kurang dari20 mL/Menit.Persalinan prematur dan ukuran janin yang kecil untuk usia kehamilan khas pada wanita dialisis.

Transplantasi Ginjal.
Transplantasi mengembalikan kesuburan, meskipun sebagian besar wanita dengan transplantasi ginjal dapat berhasil, ada risiko tinggi keguguran, aborsi terapeutik. Pedoman kehamilan pada penerima transplantasi ginjal adalah meliputi: dua tahun pascaplantasi, dengan kesehatan umum yang baik dan tingkat kreatinin serum kurang dari 2,0mg/dL(sebaiknya<1 mg="" p="">
  • Hou S. Pregnancy in Chronic renal insufficiency and endstage renal disease. Am J kidney Dis 2007
  • Friedman JM. ACE inhibitors and congenital anomaleis.N Engl J Med 2006
  • Renal Disease in pregnancy, Royal collge of Obstetricians and Gynaecologists, June 2008

  Source: www.ikcc.or.id

Pengaturan Cairan Pasien Ginjal Kronis


Pengaturan Cairan Pasien Ginjal Kronis. Pasien penyakit ginjal kronik (PGK) mendapatkan anjuran untuk mengatur asupan cairan, namun sayangnya masih banyak yang belum memahami manfaat pengaturan cairan tersebut. Selain itu terdapat pengertian yang keliru yang dapat menjadi kendala dalam pemahaman pasien akan penatalaksanaan PGK

Salah satu contoh pengertian yang keliru adalah mengenai peningkatan volume plasma dapat meningkatkan produksi urin, pengeluaran kreatinin serta urea. Asumsi ini sebenarnya hanya terjadi pada kasus penyakit ginjal akut yang disebabkan oleh dehidrasi, penggunaan diuretik (obat yang memicu untuk berkemih), kehilangan cairan akibat diare atau panas tinggi dan asupan cairan hidrasi yang tidak adekuat. Penurunan fungsi ginjal pada keadaan ini akan kembali normal, bila pasien diberikan cairan yang cukup.

Terdapat pula anggapan bahwa ginjal memerlukan lingkungan yang lembab untuk dapat bekerja dengan baik dan bila seseorang mengeluarkan urin dalam jumlah banyak, berarti ginjal berfungsi dengan baik. Padahal sebenarnya ginjal hanya memerlukan sedikit cairan untuk dapat bekerja dengan baik. Tidak semua cairan yang dikeluarkan melalui ginjal berasal dari air yang kita minum.

Keseimbangan cairan dalam tubuh kita berasal dari:
  • (1) asupan cairan yang kita minum dan makan,
  • (2) cairan yang terbentuk dari hasil metabolisme.
  • Sedangkan pengeluaran cairan oleh tubuh, selain melalui urin dapat melalui kulit dan saluran nafas serta feses dalam jumlah sedikit.

Sejauh ini kita menghadapi fakta bahwa dengan meningkatkan asupan cairan tidak meningkatkan fungsi ginjal, namun apakah terdapat bukti peningkatan asupan cairan dapat membahayakan ginjal?

Pada manusia, belum ditemukan studi prospektif yang meneliti efek asupan cairan pada penyakit ginjal lebih lanjut. Namun suatu studi retrospektif yang meneliti hubungan antara volume urin selama 24 jam dan penurunan laju filtrasi rata-rata glomerulus; menunjukkan pasien dengan asupan cairan yang tinggi (2,4 L/hari) memiliki kemunduran fungsi ginjal yang lebih nyata dibanding pasien yang memiliki asupan cairan yang lebih rendah ( 1.4 L/hari). Tidak didapatkan tanda-tanda pembuangan garam (mineral) ataupun air pada pasien-pasien yang berkemih dengan urin yang banyak.
Source : www.ikcc.or.id

Obat Hipertensi (Darah Tinggi)

Perubahan pada gaya hidup dan konsumsi obat anti-hipertensi bisa menjadi langkah yang efektif untuk menurunkan hipertensi. Tingginya tekanan darah dan risiko pasien untuk mengalami penyakit kardiovaskular (seperti serangan jantung dan stroke) akan menentukan jenis pengobatan yang akan dijalani. Contoh kondisi yang mungkin menjadi pertimbangan dalam pengobatan meliputi:
  • Jika tekanan darah Anda sangat tinggi (160/100 mmHg atau lebih), harus dilakukan perawatan secepatnya.
  • Jika tekanan darah Anda mencapai 140/90 mmHg atau lebih dan Anda dinilai memiliki risiko penyakit kardiovaskular pada jangka waktu 10 tahun, Anda perlu mengonsumi obat-obatan serta mengubah gaya hidup agar lebih sehat.
  • Jika tekanan darah Anda sedikit lebih tinggi dari 130/80 mmHg dan memiliki risiko penyakit kardiovaskular yang rendah, Anda bisa menurunkan tekanan darah cukup dengan mengubah gaya hidup Anda.
Perubahan gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah bisa terlihat dampaknya dalam beberapa minggu. Langkah ini dapat dilakukan dengan cara-cara sederhana seperti:
  • Mengonsumsi makanan sehat, rendah lemak, dan seimbang. Misalnya, nasi merah, buah, serta sayur.
  • Mengurangi konsumsi garam hingga kurang dari satu sendok teh per hari.
  • Aktif berolahraga. Aktif secara fisik adalah hal paling penting yang bisa Anda lakukan untuk mencegah atau mengendalikan hipertensi.
  • Menurunkan berat badan.
  • Berhenti merokok. Merokok akan meningkatkan peluang Anda menderita penyakit jantung dan paru-paru secara drastis.
  • Menghindari atau mengurangi konsumsi minuman keras.
  • Mengurangi konsumsi minuman kaya kafein, seperti kopi, teh, atau cola.
  • Melakukan terapi relaksasi, misalnya yoga atau meditasi untuk mengendalikan stres.
Disiplin tinggi dalam menerapkan gaya hidup sehat akan memberikan dampak positif yang signifikan pada tekanan darah Anda. Beberapa penderita bahkan menjadi tidak perlu mengonsumsi obat-obatan karena berhasil menerapkan perubahan gaya hidup untuk menormalkan tekanan darah.

Penggunaan Obat-obatan

Dalam beberapa kasus hipertensi, pasien kadang perlu mengonsumsi obat-obatan seumur hidup. Namun, jika tekanan darah telah terkendali dalam bertahun-tahun, Anda mungkin boleh menghentikan pengobatan.Ada juga sebagian penderita yang harus mengonsumsi lebih dari satu jenis obat. Kombinasi ini biasanya diperlukan untuk mengatasi hipertensi yang lebih sulit dikendalikan. Beberapa jenis obat yang umumnya diberikan adalah:
Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor
Dengan membuat dinding pembuluh darah lebih rileks, obat-obatan ACE inhibitor – penghambat enzim pengubah angiotensin – akan menurunkan tekanan darah.
Efek samping obat ini adalah batuk kering berkelanjutan. Jika efek samping ini sangat mengganggu, ada obat lain dengan fungsi sama seperti Antagonis reseptor angiotensin-2 yang kemungkinan akan disarankan. Pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat apa pun selama mengonsumsi ACE inhibitor.
Calcium channel blockers
Agar kalsium tidak memasuki sel-sel otot jantung dan pembuluh darah, obat-obatan calcium channel blockers (penghambat kanal kalsium) bisa digunakan. Obat ini akan mengendurkan arteri dan menurunkan tekanan darah. Risiko efek samping calcium channel Blockers akan meningkat jika Anda minum jus grapefruit selagi mengonsumsi obat ini.
Diuretik
Diuretik juga dikenal sebagai “pil air” yang berfungsi untuk membuang sisa air dan garam dari dalam tubuh melalui urine.
Beta-blockers
Jantung akan berdetak lebih lambat dan dengan tenaga lebih sedikit jika Anda mengonsumsi obat-obatan jenis beta-blockers (penghambat beta) sehingga akan mengurangi tingkat tekanan darah.
Senantiasa bicarakan dengan dokter Anda sebelum berhenti mengonsumsi beta-blockers. Efek samping yang berbahaya bisa muncul jika konsumsi dihentikan secara tiba-tiba. Contoh efek sampingnya adalah peningkatan tekanan darah atau serangan angina (angin duduk).
Alpha-blockers
Alpha-blockers (penghambat alfa) digunakan untuk melemaskan pembuluh darah sehingga darah mengalir lebih mudah dalam pembuluh darah. Efek samping yang umumnya muncul meliputi pingsan saat penggunaan pertama, sakit kepala, pusing-pusing, kelelahan, serta pergelangan kaki membengkak.
Sekarang beta-blockers dan alpha-blockers dianggap kurang efektif dibandingkan obat lain untuk menangani hipertensi. Obat jenis ini hanya dipakai apabila metode pengobatan lain tidak menunjukkan dampak positif.
Source : www.alodokter.com

Apa Efek Samping Dialisis (Cuci Darah)

Apa Apakah Efek Samping dari Dialisis Hal ini penting bagi pasien untuk mengetahui efek samping dari dialisis, yang dapat membantu pasien untuk mengelola kemungkinan komplikasi awal. Dengan ribuan orang mengalami efek samping dari dialisis, Hipotensi pasien dialisis beresiko penurunan mendadak tekanan darah (hipotensi), karena stres sistem kardiovaskular bawah dari hemodialisis reguler. Namun hal ini dapat dikontrol dengan obat-obatan. Medicated Bath adalah terapi alami yang dapat membantu mengatur tekanan darah secara alami. Dan disarankan oleh praktisi TCM untuk pasien dialisis. Anemia Volume sel darah merah pada pasien dialisis (terutama pasien hemodialisis) sering lebih rendah maka normal. Hal ini disebabkan menurunnya tingkat hormon eritropoietin, yang diproduksi oleh ginjal dan mengatur produksi sel darah merah.   sindrom kaki gelisah sindrom kaki gelisah adalah efek samping yang umum lain yang menyebabkan pasien untuk terus bergerak kaki mereka sebagai akibat dari saraf dan otot kakinya menciptakan crawly atau sensasi berduri. Kulit gatal atau Kulit Kering Kulit kering atau gatal yang dialami oleh banyak pasien yang menjalani dialisis, terutama di musim dingin. Gunakan sabun yang tidak mengeringkan kulit sebanyak, seperti sabun Ivory, dan lotion pelembab biasa, seperti Vaseline atau Eucerine. Minum teh herbal yang dapat meringankan gatal-gatal kulit atau kekeringan. Kram, Mual, Sakit kepala Kram, Mual, Sakit kepala juga efek samping yang umum dari dialisis, yang merupakan gejala flu. Kualitas air di dialyzer, komposisi dialyser sendiri, komposisi dialisat, dan tingkat filteration semua bisa menyebabkan masalah, yang dapat dikurangi dengan menyesuaikan perscription dialisis. Mengetahui informasi lebih lanjut tentang dialyser, Anda dapat meninggalkan pesan di bawah ini. Kami senang untuk memberikan balasan segera. Melalui analisis di atas, kita dapat melihat bahwa dialisis memang dapat mengganggu gangguan sistem tubuh, memicu banyak efek samping.