Sunday, August 23, 2009

Mengatasi Dampak Psikologis Pasien Gagal Ginjal

Gagal ginjal tergolong penyakit kronis yang mempunyai karakteristik bersifat menetap, tidak bisa disembuhkan dan memerlukan pengobatan dan rawat jalan dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, umumnya pasien juga tidak dapat mengatur dirinya sendiri dan biasanya tergantung kepada para profesi kesehatan. Kondisi tersebut, tentu saja menimbulkan perubahan atau ketidakseimbangan yang meliputi biologi, psikologi, sosial dan spiritual pasien. Seperti, perilaku penolakan, marah, perasaan takut, cemas, rasa tidak berdaya, putus asa bahkan bunuh diri. Untuk itu, diperlukan penanganan yang terpadu baik untuk fisik maupun kondisi psikologis pasien. Namun, harus diperhatikan pula perubahan pola hidup pada penderita gagal ginjal juga berdampak pada keluarganya. Khusus mengatasi kondisi psikologis pasien, Djuariah Chanafie SKp, menyampaikan beberapa langkah yang dapat dilakukan. Materi ini disampaikan dalam seminar Paradigma Baru Pelayanan Terpadu Penderita Gagal Ginjal Terminal di Unit Hemodialisis RS Jakarta, beberapa waktu lalu RS Jakarta, Jakarta.Sadar tentang adanya stres. Saat menerima vonis bahwa pasien menderita gagal ginjal kronis /terminal, pasien harus menyadari, mengakui dan menerima kenyataan. Cobalah untuk berbicara dengan orang-orang yang dapat dipercaya, orang yang dapat diajak berbagi perasaan. Dan, jangan takut untuk bertanya pada tim kesehatan atau kelompok yang pernah menjalani hemodialisis. Mencari penyebab stres. Cobalah kaji, apakah stres berasal dari keluarga, pekerjaan, hubungan interpersonal yang buruk, perlakuan tim kesehatan selama proses hemodialisi atau aturan-aturan yang harus ditaati agar dapat mempertahankan hidup setelah menjadi pasien gagal ginjal terminal. Menghadapi stresor secara langsung. Mencari informasi atau belajar ketrampilan baru yang dapat membantu mengatasi stres. Mengubah respons terhadap stres. Mengatasi perubahan fisiologik dari stres dengan menggunakan obat-obatan, latihan pernapasan dan terapi relaksasi. Lewat terapi relaksasi ini, diharapkan dapat memberikan ketenangan dan meredakan ketegangan. Atau, dengan mengikuti terapi musik. Dengan beberapa tindakan ini, diharapkan pasien dapat menyesuaikan diri dengan penyakitnya dan mampu menghadapi tantangan hidup. Berpikir posisitif. Cobalah melakukan terapi kognitif, terapi individu pada depresi dan kecemasan untuk mengatasi rasa murung dan kekecewaan emosional. Mencoba menciptakan rasa positif dalam hidup dan melatih diri untuk mengubah cara menafsirkan dan memandang segala sesuatu yang tidak logis. Dan, mencoba kritik diri yang negatif menjadi pemikiran yang lebih rasional obyektif dan positif. Melakukan rekreasi. Mempersiapkan dan mengorganisasikan pekerjaan. Memperhatikan diet yang teratur. Pasien memerlukan makanan bergizi dan nutrisi yang seimbang. Tapi, tetap sadar harus tetap diatur dan melakukan konsultasi dengan ahli gizi. Melakukan olahraga Lakukan olahraga yang sesuai kondisi. Seperti, jalan, lari santai, bersepeda, dll. Mempertebal iman. Source : ikcc.or.id

No comments:

Post a Comment