Eritrosit berfungsi mengangkut oksigen ke
jaringan hingga produksi eritrosit sedikit banyak ditentukan juga oleh
kadar oksigenisasi jaringan. Eritropoetin, suatu hormon yang secara
langsung mempengaruhi aktifitas sumsum tulang sangat peka terhadap
perubahan kadae oksigen dalam jaringan. Bagaimana mekanismenya sehingga
perubahan oksigenisasi jaringan menyebabkan perubahan kadar
eritropoetin, tidak diketahui dengan pasti.Walaupun eritropoetin tidak
dibentuk dan disimpan di ginjal, fungsi ginjal dan oksigenisasi jaringan
ginjal menentukan kadar eritropoetin.
Ternyata
hipoksia jaringan menyebabkan ginjal mensekresi suatu enzim, yaitu
factor eritropoetik yang bereaksi dengan protein yang ada dalam
sirkulasi dan membentuk eritropoetin yang aktif.
Segala
sesuatu yang menurunkan oksigenisasi ginjal mengakibatkan peningkatan
kadar eritropoetin, apabila fungsi ginjal itu adekuat. Kadar hemoglobin
yang rendah, gangguan pelepasan oksigen oleh hemoglobin, gangguan
pertukaran oksigen pada pernafasan, dan hambatan aliran darah merupakan
hal yang sering menyebabkan hipoksia jaringan. Kadar eritropoetin biasa
tinggi pada anemia, hemoglobinopati, penyakit paru dan pada gangguan
sirkulasi yang hebat. Bila sumsum tulang mampu mengadakan respon
terhadap keadaan itu maka produksi eritrosit akan meningkat. Pada
sebagaian anemia dan hemoglobinopati, sifat penyakit ini mencegah respon
eritropoetik yang tepat, penyakit paru atau vascular yang berat sering
menunjukan hyperplasia eritrosit.
Eritropoetin
mempercepat produksi eritrosit pada hampir semua stadiaterutama pada
saat dimana sel induk membelah diri dan berdiferensasi untuk membentuk
eritoisit. Selain mempercepat pembelahan sel eritropoetin juga
memudahkaninkorporasi besi, mempercepat matur sel dan memperpendek waktu
yang dibutuhkan sel untuk masuk ke sirkulasi. Peningkatan jumlah
retikulosit atau eritrosit berinti merupakan indikasi bahwa sumsum
tulang bereaksi terhadap hipoksia.
Sumber : analisisduniakesehatan.blogspot.com/2011/06/eritropoetin.html
No comments:
Post a Comment