Angka prevalent penyakit ginjal kronik
(PGK) di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun dan menjadi satu
masalah kesehatan yang serius. Di Jawa Barat sendiri, berdasarkan data
dari Indonesian Renal Registry (IRR) jumlah pasien yang menjalani cuci
darah pada tahun 2012 lalu sebanyak 2.197 orang.
Demikian dikatakan Koordinator Perhimpunan Nefrologi Indonesia
(Pernefri) Wilayah Jawa Barat, Prof. Rully MA Rosali, dr., SpPD-KGH,
Ph.D., dalam talkshow “Pilihan Terapi Pengganti Organ pada PGT
dan Permasalahannya pada Era Jaminan Kesehatan Nasional” di Graha Sanusi
Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri Bandung, Minggu (30/3).
Pada kesempatan itu, Menteri BUMN RI, Dahlan Iskan, turut hadir berbagi
cerita pengalamannya menjalani transplantasi ginjal.
Menurut Dahlan Iskan, pasien gagal ginjal sangat membutuhkan
perhatian dari orang yang sehat. Ketegasan emosional di dalam merawat
pasien gagal ginjal sangat diutamakan agar pasien dapat benar-benar
pulih setelah menjalani pengobatan.
Dahlan yang pernah menjalani transplantasi ginjal pada 2004 lalu pun
membagi pengalamannya. Pascatransplantasi, pasien harus benar-benar
beristirahat untukmemulihkan kondisi fisiknya. Sebab, bias jadi, pasien
belum benar-benar pulih meskipun fisiknya telah membaik.
“Pasien pascatransplantasi harus benar-benar diperhatikan oleh orang
sehat. Orang yang baru transplant memang harus benar-benar menjaga
paru-parunya karena organ penting ini memang paling sering terkena
dampak dari transplantasi,” jelasnya.
SementaraProf. Rully, menerangkan, penanganan penyakit gagal ginjal
dilakukan melalui 3 cara, yakni terapi hemodialisis (HD) atau cuci
darah, Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD), dan
transplantasi ginjal. Penanganan ini membutuhkan biaya yang relative
mahal. Apalagi jika penyakit berkembang bersama dengan komplikasi
berbagai penyakit lainnya.
“PT Askes melaporkan bahwa sejak 2004 hingga 2012, biaya pelayanan
kesehatan meningkat dan sebagiannya dihabiskan untuk penyakit-penyakit
kronis, salah satunya gagal ginjal,” paparnya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, untuk sekali HD pasien harus
mengeluarkan biaya sekitar 600 ribu. Setiap minggunya, rata-rata pasien
wajib melakukan cuci darah setidaknya 2 kali dan harus rutin dilakukan.
Hal inilah yang acapkali memengaruhi kondisi psikologis pasien gagal
ginjal untuk bias sembuh dari penyakit tersebut.
Dukungan dan perhatian yang tegas dari orang sehat terhadap penderita
gagal ginjal juga ditekankan oleh Netty Heryawan, istri Gubernur Jawa
Barat, dan dr. Alma Luciaty, M.Kes., Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Jabar. Menurutnya, pasien yang menjalani penanganan penyakit ginjal
membutuhkan dukungan psikologis yang penuh dari orang-orang di
sekitarnya. Dukungan inilah yang menjadi factor pasien dapat sembuh
secara total.
“Satu orang penderita gagal ginjal harus dibantu oleh ratusan orang
sehat, dalam hal ini melalui BPJS. Sebab, dukungan inilah yang membuat
pasien dapat mandiri,” ujar dr. Alma.
Tanggungan Pemerintah
Lantas bagaimana penanggulangan
biaya penanganan pasien gagal ginjal jika dihubungkan dengan program
JaminanKesehatanNasional (JKN) yang sudah diberlakukan sejak Januari
2014 lalu? “Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) akan menjamin
pasien gagal ginjal yang akanmelakukan HD, CAPD, atau transplantasi
ginja lmelalui JKN,” ujar Mohammad Cucu dari Kantor BPJS Regional V Jawa
Barat.
Menurut Cucu, BPJS sendiri akan menanggung biaya penanganan pasien
gagal ginjal. Untuk transplantasi ginjal misalnya, BPJS akan menanggung
hingga sebesar 250 juta untuk satu pasien. Syaratnya, pasien tersebut
harus sudah terdaftar sebagai peserta JKN.
Oleh karenaitu, Cucu pun mengharapkan semua masyarakat untuk ikut
serta sebagai peserta JKN. BPJS menargetkan, terhitung 1 Januari 2019
mendatang, masyarakat Indonesia semuanya telah terdaftar sebagai peserta
JKN.
”Kita jangan tunggu sakit untuk menjadi peserta BPJS. Orang sehat pun
sudah saatnya menjadi peserta. Mengapa? Karena melalui JKN, kita dapat
membantu menanggung biaya pengobatan orang sakit, bahkan untuk penyakit
kronis seperti gagal ginjal sekali pun,” tegas Cucu.
Talkshow ini merupakan bagian dari kegiatan peringatan “World Kidney
Day (WKD)” yang digelar oleh Fakultas Kedokteran Unpad dan Penefri
Korwil Jawa Barat. Ketua Pelaksana Kegiatan, Dr. Rubin S. Gondodiputro,
dr., SpPD-KGH., mengungkapkan kegiatan tersebut diikuti oleh 1.200
pasien dan keluarga pasien dari beberapa rumah sakit di Jawa Barat.
“Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kepedulian masyarakat akan pentingnya organ ginjal bagi kesehatan,” ujarnya.
Selain talkshow, acara pun diisi dengan sharing pengalaman tentang transplantasi ginjal, serta peluncuran buku “4 Ginjal di Tubuhku” karya Basyrah Nasution.*
Laporan oleh: Arief Maulana / eh *
No comments:
Post a Comment