Wednesday, June 13, 2012

Pengaturan Cairan bagi pasien PGK

Pengaturan cairan bagi pasien penyakit ginjal kronik Pasien penyakit ginjal kronik (PGK) mendapatkan anjuran untuk mengatur asupan cairan, namun sayangnya masih banyak yang belum memahami manfaat pengaturan cairan tersebut. Selain itu terdapat pengertian yang keliru yang dapat menjadi kendala dalam pemahaman pasien akan penatalaksanaan PGK. Salah satu contoh pengertian yang keliru adalah mengenai peningkatan volume plasma dapat meningkatkan produksi urin, pengeluaran kreatinin serta urea. Asumsi ini sebenarnya hanya terjadi pada kasus penyakit ginjal akut yang disebabkan oleh dehidrasi, penggunaan diuretik (obat yang memicu untuk berkemih), kehilangan cairan akibat diare atau panas tinggi dan asupan cairan hidrasi yang tidak adekuat. Penurunan fungsi ginjal pada keadaan ini akan kembali normal, bila pasien diberikan cairan yang cukup. Terdapat pula anggapan bahwa ginjal memerlukan lingkungan yang lembab untuk dapat bekerja dengan baik dan bila seseorang mengeluarkan urin dalam jumlah banyak, berarti ginjal berfungsi dengan baik. Padahal sebenarnya ginjal hanya memerlukan sedikit cairan untuk dapat bekerja dengan baik. Tidak semua cairan yang dikeluarkan melalui ginjal berasal dari air yang kita minum. Keseimbangan cairan dalam tubuh kita berasal dari: (1) asupan cairan yang kita minum dan makan, (2) cairan yang terbentuk dari hasil metabolisme. Sedangkan pengeluaran cairan oleh tubuh, selain melalui urin dapat melalui kulit dan saluran nafas serta feses dalam jumlah sedikit. Sejauh ini kita menghadapi fakta bahwa dengan meningkatkan asupan cairan tidak meningkatkan fungsi ginjal, namun apakah terdapat bukti peningkatan asupan cairan dapat membahayakan ginjal? Pada manusia, belum ditemukan studi prospektif yang meneliti efek asupan cairan pada penyakit ginjal lebih lanjut. Namun suatu studi retrospektif yang meneliti hubungan antara volume urin selama 24 jam dan penurunan laju filtrasi rata-rata glomerulus; menunjukkan pasien dengan asupan cairan yang tinggi (2,4 L/hari) memiliki kemunduran fungsi ginjal yang lebih nyata dibanding pasien yang memiliki asupan cairan yang lebih rendah ( 1.4 L/hari). Tidak didapatkan tanda-tanda pembuangan garam (mineral) ataupun air pada pasien-pasien yang berkemih dengan urin yang banyak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan volume urin yang dapat mempercepat kerusakan ginjal adalah volume urin yang meningkat pada bagian dalam tubulus ginjal (intratubular) sehingga menekan ginjal dan merangsang mekanisme pembentukan ‘jaringan parut’ (fibrogenik). Teori lainnya mengatakan bahwa tingginya asupan cairan menyebabkan keluarnya cairan dari pembuluh darah sehingga meningkatkan tekanan darah, yang merupakan salah satu faktor utama pada perburukan penyakit ginjal. Hal ini bukan berarti pembatasan cairan akan bermanfaat bagi ginjal. Walaupun demikian tidak dianjurkan untuk meningkatkan asupan cairan di atas kebutuhan sehari-hari atau saat rasa haus memberitahukan kita membutuhkan asupan cairan. Hanya perlu diingat pula bahwa sensasi haus akan meningkat seiring usia, terutama pada wanita lansia. Referensi: Wenzel UO, Herbert LA, Stahl R, Krenz I. My Doctor Said I Should Drink a Lot! Recommendations for Fluid Intake in Patients with Chronic Kidney Disease. Clin J Am Soc Nephrol I, 2011. 344-6. Sumber :IKCC 2012

No comments:

Post a Comment